Sabtu, 24 Desember 2011

Jangan jadi SuMo (Susah Move On)

Manusia itu sudah fitrahnya kecewa ketika espektasi (baca: harapan) tidak sama dengan realiti (kenyataan), tetapi beberapa orang bisa mengatasi rasa sedih, kecewa, dan amarah pada porsinya, menyadari bahwa semua yang Allah Swt izinkan terjadi dalam hidup kita adalah yg terbaik sekalipun itu kepedihan.

Tidak semua orang bisa bangkit saat terpuruk, ada saat butuh waktu untuk sendiri, butuh teman untuk bicara, dan butuh dukungan untuk dikuatkan, betapapun hebatnya pengaruh external dari diri kita tetap saja semua kembali dalam diri sendiri, ada pepatah "Hidup itu Pilihan, dan Mati itu Kepastian", cukup untuk kita sadari bahwa untuk tetap bisa berdiri kokoh saat badai menerpa, selama nyawa masih dikandung badan, kita masih bisa memilih untuk berbahagia atau larut dalam duka cita.

Tenanglah kegelisahan itu isyarat bahwa kita takut mengulangi kesalahan yang sama, dan itu pertanda bahwa kekecewaan yang kemarin bisa menjadi media pembelajaran bagi masa depan kita, manusia itu tidak akan pernah belajar jika ia SELALU "Menang dan Berhasil". Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan kehidupan yang kita miliki sebagai cara mendzolimi diri sendiri, apa yang orang lain miliki dan belum kita miliki cukup jadikan motivasi dan bahan inisiatif pada kemajuan diri sendiri.

Percayalah Allah Yang Maha Kuasa itu begitu Adil, yang Tuhan izinkan terjadi itu semua hanya SEMENTARA, duka lara akan berganti bahagia, hanya saja kita harus sabar, sabar itu pahit rasanya, tapi manis buahnnya..

kedengarannya memang mudah kenyataanya mungkin susah, tapi semua bermula dari kata-kata sebagai niat, niatkan kehidupan yang lebih baik guna akhirat yang kekal abadi, ikhlaskan kehidupan yang fana ini pada Takdir Allah, Jalani dengan sebaik-baiknya, semuanya biarlah Allah Swt yang menentukan, karena Allah Swt Maha Mengetahui dan kita tidak mengetahui apa-apa, bahkan yang terbaik bagi diri kita sendiri. Luruskan niat semata Mengharap Ridho-Nya,

Wawlohu'alam bishahwab..

Kamis, 04 Agustus 2011

Jika aku hanya sebatas Kata
tak ada insan yang tersenyum sumringah
atau bahkan menangis terisak karena ku

Jika aku hanya sebatas Keelokan fisik
Pasti tidak akan ada aku diantara mereka yang tak elok rupanya
Jikalau pun aku berada diantara itu
Aku segera lenyap seiring memudarnya keelokan itu karena aku akan lusuh bersama sang waktu.

Jika aku pun hanya sebatas Rasa
Akankah aky hanya tertahan diantara persendian tulang iga tanpa kata yang terungkap

Jika aku hanya sebatas Impian sang pecinta
Pasti aku akan terhanyut dalam lautan khayal sang pemimpi saja
Dan tak akan ada para pecinta yang bertaut dalam kehalalannya

Jika aku jua hanya Symbol kepemilikan
Maka aku hanya sebuah sertifikat tanpa institusi

Perenungan” aku” sebagai” cinta” telah menunjukkan bahwa
Cinta hadir tanpa batas
Cinta mampu menembus segala ruang, segala dimensi, bahkan kegelapan