Jumat, 23 Oktober 2015

Hari gini, Perlukah Perempuan memasak?



Perempuan di era globalisasi memiliki kesetaraan gender dengan pria, bebas mengekplorer diri, mengembangkan potensi, boleh sibuk dengan jenjang karir atau bisnis yang lagi trend dan tidak lagi sibuk dengan urusan dapur atau cuma ngurusin anak-anak, SETUJU?

Mayoritas orang tua menuntut anak perempuannya bisa memasak karena suatu waktu si anak akan menikah dan jadi "istri" sekaligus ibu, tapi tuntutan demikian lebih sering ditanggapi berbeda oleh kebanyakan perempuan, bahkan dijawab dengan pernyataan “mau istri bisa masak cari aja tukang masak”, “mau istri beres beres rumah terus? nikah aja sama pembantu”, atau “mau istri diem aja dirumah, duduk manis sambil nungguin suami pulang kerja, nikah gih sama barbie atau “guling” yang agak gemukan dikit” haha
 
Ooopss.. 
Ternyata jawaban yang demikian ditentukan oleh faktor mindset, usia, dan tingkat kedewasaan seseorang untuk berdamai dengan fase kehidupan. Yok kita ubah mindset yang kurang tepat!

Perempuan itu istimewa, dalam al-qur’an saja ada surah an-nisa (Perempuan), surat laki-laki ada? Tidak kan, kalo laki-laki langsung tertulis nama laki-laki pilihan; surah Muhammad, surah Yusuf, Surah Isa dsb. Istimewakan.

Gak perlu mewek karena ibu dirumah ngomel dengan topik yang sama “Ayo, Masak!”, dulu waktu saya masih kuliah saya bahkan lebih baik nahan lapar daripada harus masak, parahkan? apalagi kalo ada kuis, mid semester ditambah tugas-tugas kampus, hari minggu itu dikamar bisa seharian, Cuma “BELAJAR”. Karena ibu dirumah udah mulai bete liat anaknya Cuma sibuk sama buku-buku, akhirnya ibu mulai protes dan bilang “Didapur ini juga Belajar”. Sampai kuliah selesai obrolan tema “Didapur ini juga Belajar” masih jadi topik hangat, hahaha, karena masih belum bersahabat sama dapur.

Kuliah kelar, masuk dunia kerja, cara berpikir tentang banyak hal selangkah lebih maju dan disini fase mulai menyukai hal-hal baru dari traveling, Olahraga, bahkan MASAK.. 

Ternyata Perempuan itu memang harus serba bisa. Apalagi memasak, hukumnya jadi Wajib! Kog gitu?

Katanya perempuan manager keuangan, Masa iya anggaran belanja yang harusnya untuk satu minggu Cuma bisa maksimal tiga hari lantaran beli jadi atau habis beli Fast food, trus terjamin gak? Kalo sakit karena kualitas makanan buruk, berarti harus nyiapin anggaran biaya tak terduga, begitu? (ketauan ini yang nulis orang ekonomi). #mohonAbaikan

Selalu membeli makanan diluar, anda yakin higienis, bisa dipastikan proses pembuatannya diawali dengan bismillah? (Diluar konteks "berbagi rezeki"). Sakit memang datang sebagai cobaan dari Allah tapi ikhtiar manusia adalah hidup sebaik-baiknya, termasuk memilih pilihan yang tepat. Bagaimanapun pada dasarnya semua berangkat dari diri kita sendiri, baik pola hidup kita maka akan baik pula imbasnya pada tubuh kita, demikian sebaliknya.

Perempuan harus bisa masak karena ditangannya lah diharapkan tumbuh anak-anak yang soleh dan berbudi pekerti, Apa hubungannya? ini dia; masaklah apa yang kamu bisa masak, kemudian ucaplah bismillah kemudian berzikirlah saat memasak, karena masakan yang dibuat akan menjadi daging dalam tubuh keluargamu, jadi sebutlah nama Allah agar Ia hadir disetiap aliran darahmu.kehangatan tangan seorang ibu dalam meracik makanan untuk keluarganya tentu berbeda, meski sederhana tapi yang demikian itu istimewa

Jadi jangan selalu beranggapan bahwa zaman sudah modern sehingga perempuan tidak perlu mengerjakan hal-hal yang dianggap klasik. Pernah dengar ungkapan “Educate a woman, educate a nation”, imagine it! Begitu besarnya peranan perempuan sampai dikatakan mendidik seorang wanita adalah mendidik sebuah bangsa. Tersirat harapan dalam yang tersurat. Jadi mulai saja dari yang paling mudah tapi paling berpengaruh, “Memasak”

Perempuan itu pejuang sepanjang masa, karena dari rahimnya lah kelak lahir anak-anak hebat di seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu sebagai perempuan mari kita persiapkan diri kita sebaik-baiknya, tidak perlu jadi istri dan ibu dahulu baru belajar memasak, kasihi orang-orang terdekat anda, memasaklah untuk kedua orang tua anda, adik, kakak, handai taulan sembari gunakan bumbu utama yakni “Do’a”.

Memasak itu hal sepeleh, tapi kalo dalam masakan yang kita masak selalu kita dimohonkan kesehatan dan keberkahan dalam setiap suapan maka kamu sudah membuat masakan lebih dari sekedar “MAKANAN JASMANI tapi juga ROHANI"

MymindTelling

Ig. @rhisma_hijab

Kamis, 14 Mei 2015

Touch Down in Brunei ...


Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin adalah masjid kerajaan Kesultanan Brunei yang terletak di Bandar Seri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam. Masjid ini adalah salah satu masjid paling mengagumkan di Asia Pasifik.

Masjid ini dibangun diatas laguna atau kolam buatan di tepi sungai Brunei di Kampong Ayer, "kampung yang terletak di atas air". Masjid ini memiliki menara marmer dengan kubah emas, dilengkapi taman yang permai dan air mancur.


Sayang banget kalo udah touch down ke brunei tapi belom mampir kesini, saya termasuk yang rugi.. maybe next chance #Hopefully

Brunei tu kecil tapi rakyatnya makmur, dollar brunei aja saat kesana $ 1 brunei = Rp. 7.100 itu udah beberapa tahun yang lalu. Nah sekarang sekitar Rp. 9.500,-.

Pertama kalinya landing di Bandara Sri Bengawan, sejenak melemparkan pandangan sembari menghirup udara baru di negeri orang (baca: menikmati moment), Bandaranya kecil, lebih kecil dari bandara domisili saya Sultan Mahmoed Badaruddin II, Palembang.


Setibanya di Bandara Sri Bengawan saya dan yang lain dijemput taxi hotel, jalanannya aman terkendali, sepi dan bebas macet. Saat menikmati pemandangan drivernya ngidupin radio, taraaaaa weww berasa di Indonesia karena semua deret lagu nya sepanjang jalan punya artis Indonesia. Ternyata mereka juga kalo ada acara-acara kenegaraan lebih banyak datangin artis kita, kebetulan pada hari itu bertepatan dengan ulang tahun putra mahkota brunei, jadi banyak artis indonesia yang akan mengisi acara ulang tahunnya.... hmmm *Senyumsimpul

Akhirnya sampai tujuan, turun dari taxi hotel kemudian ambil Locker room card, masuk kamar rebahan sebentar, karena udah berasa lapar, langsung bergegas ke resto yang ada di seputaran hotel, udah sampe disana siap-siap pesen menu, waitressnya datang (otak: nyiapin conversation inggris buat pesen menu2) dan waitress nanya "pesen apa mbak?" ... Gubrak.. ha? ternyata semua waitress nya adalah TKI dari indonesia.. super sekali :) #PejuangDevisaTanahAir..

eh, makanannya mahal gan, coklat yang suka dibeli di Indonesia waktu masuk supermarket sana harganya 2x lipat cin.. cancelled dah, keuangan udah darurat.. haha

lebih dari itu kalo soal suasana gak jauh beda sih dari Indonesia, Secara masih kalimantan, hanya saja negeri yang notabene negeri kaya minyak ini cuma punya penduduk skitar 400rb jiwa, kurang dari 1/3 penduduk jekarda gan, sedikit penduduk wajarlah kalo makmur.

Tetep aja Tanah kita tanah Surga, Di Indonesia tuh semua ada.